Jumat, 07 Januari 2011

 PERILAKU PENGHINAAN DAN PELECEHAN ADA DI SEKITAR KITA
 pemuda dan sosialisasi
andrew / 17110278 / 4ka22

PERILAKU penghinaan dan pelecehan terus terjadi. Malah kini banyak siswi yang menjadi pelakunya. Orangtua, guru, dan orang di sekitar kita.

Masa sekolah menengah pertama (SMP) mungkin waktu ”terberat” bagi seorang anak remaja. Pada usia itu, banyak dari mereka yang mulai sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Seperti juga Anna Thomas, siswa SMP di kota besar Atlanta, Kanada, menyebut saat-saat di sekolah merupakan mimpi buruk total.


”Aku ingat sekelompok siswi populer akan menatapku saat makan siang dan mulai mengejekku sampai puas,” kenang Thomas yang sekarang sudah berusia 18 tahun.

”Mereka akan berjalan di sampingku dan menertawakan,” ceritanya. Menurut Thomas, penghinaan dan penindasan oleh mereka tidak berakhir sampai di sana.

Thomas mengaku tidak pernah melawan dengan cara apa pun untuk menangkis serangan itu. Dia merasa hanya dijadikan sasaran empuk. ”Aku berada di masa paling kikuk pertumbuhan seorang anak remaja,” katanya.

”Aku adalah contoh aneh yang kelihatan,” tambahnya lagi. Masa sekolah menengah atas (SMA) tidak lebih baik. Bahkan, siswi-siswi di SMU Thomas bahkan lebih jahat lagi.

Sebelum pesta perpisahan berlangsung, beberapa teman ceweknya mengirim SMS kepada Thomas yang berbunyi

”Jika kamu pergi ke pesta prom, kamu akan menyesalinya dan muka kamu akan kita buat kacau”. Mereka juga mendatangi restoran tempat Thomas bekerja, menyuruhnya untuk keluar ruangan, dan menggembosi ban mobilnya. Thomas waktu itu sampai pindah sekolah dua kali, tapi pelecehan itu tetap tidak berhenti.

Begitu banyaknya perlakuan kebencian yang diarahkan kepada Thomas membuat dia mulai membenci dirinya sendiri.

”Aku tidak punya kepercayaan diri lagi karena cara orang memperlakukan saya,” tandasnya. Thomas lantas berpikir bahwa dia jelek dan gendut. Dia mulai sering muntah setelah makan. Kadang-kadang sampai 10 kali sehari. Dia pun menderita gangguan makan.

Lalu, sebenarnya mengapa ada anak remaja perempuan yang begitu jahat dan selalu menindas seperti yang terdapat di sekolah Thomas? Sejatinya, semua gadis-gadis remaja sebenarnya suka menggoda satu sama lain. Mereka sering melirik seorang teman dan membuat komentar jahat yang diarahkan kepadanya. Namun, gadis-gadis yang mengejek dan mengintimidasi Thomas sudah termasuk keterlaluan.

”Sebagian media akhirnya menyalahkan perilaku para gadis penindas ini,” kata Charisse Nixon PhD, seorang profesor dan psikolog perkembangan anak di Penn State Erie, Amerika Serikat. ”Kita dibanjiri dengan foto perilaku kejam di media massa yang dianggap lucu. Banyak reality show di televisi juga yang malah seperti merayakan sebuah penghinaan,” tandasnya seperti dikutip laman webmd.com.

Contohnya adalah film “Mean Girls” yang dibintangi oleh Lindsay Lohan pada 2004. Dalam film ini, trio gadis-gadis populer mengintimidasi dan menghina siswi-siswi lainnya di sebuah SMA. ”Berapa banyak gadis remaja yang menyaksikan film itu dan menontonnya berulang kali karena dianggap lucu?” imbuh Nixon. Sebenarnya, siapa saja target si ”gadis penindas” ini? Biasanya yang menjadi target mereka adalah seorang siswi yang tampak berbeda atau memiliki kelakuan aneh.

”Itu bisa jadi siswi yang kelebihan berat badan. Bisa juga gadis yang fisiknya tidak menarik,” ujar Cheryl Dellasega PhD GNP, seorang profesor kedokteran dan kesehatan masyarakat di Penn State University College of Medicine, Amerika Serikat.

”Target lainnya mungkin seorang siswi yang membuat kesalahan, seperti sok akrab dan menyapa pacar seorang gadis populer,” lanjutnya.

Dellasega dan Nixon telah menulis buku bertajuk “Girl Wars: 12 Strategies That Will End Female Bullying” yang membahas bagaimana cara yang efektif untuk mencegah pelecehan, gosip, dan perilaku bullying lainnya.

”Sebagian besar korban bukanlah korban provokatif, di mana mereka tidak mengganggu dan menghina anak-anak yang terus-menerus memprovokasi korban tersebut,” kata Nixon.

”Sebagian besar korban, sebaliknya, adalah apa yang kita sebut ‘korban pasif’,” tambahnya. Apakah mereka provokatif atau pasif, banyak anak-anak yang menjadi korban si ”gadis penindas” ini.

Nixon dan seorang konselor anak Stan Davis mewawancarai sekitar 13.000 anak-anak di kelas 5–12 untuk Youth Voice, sebuah proyek penelitian yang mempelajari upaya-upaya untuk membantu anak-anak yang berurusan dengan perilaku buruk dan bullying. Mereka menemukan bahwa sekitar separuh anak-anak yang menjadi partisipan dilecehkan setidaknya sebulan sekali.

Lalu bagaimana menghadapinya? Jika anak Anda termasuk yang menjadi korban, minta dia untuk tidak menangani masalah ini sendiri. ”Hal terbaik yang dapat dia lakukan adalah mengakses dukungan dari berbagai pihak,” ujar Nixon. Beri tahu teman dan guru bimbingan konselor di sekolah. Biarkan mereka yang membantu dia berurusan dengan si ”gadis penindas” ini.

Hal terburuk yang seharusnya tidak boleh anak Anda lakukan adalah mengabaikan masalah atau malah mencoba untuk membalas dendam. Dalam survei Nixon, taktik ini sering kali menjadi bumerang. Cobalah minta anak Anda untuk tidak mendekati para pelaku intimidasi. Selalu mandiri dan melakukan semua sendiri dapat menunjukkan kepada si pengganggu bahwa dia percaya diri dan tidak mudah dilecehkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar